Salah satu kelebihan bahasa ‘arab adalah kosakatanya yang sangat banyak, satu kata bisa memiliki makna yang lebih (hampir 50), disini saya akan berbagi dari satu kata CINTA.
Tingkatannya seperti apa saja. Kalau membandingkan dengan bahasa lain kayanya ga ada yang bisa menyaingi kesempurnaan dari bahasa ‘arab.
Ibnu Qayyim Al Jauziy rah dalam kitabnya Dzamm Al Hawa menjelaskan peringkat dan makna cinta serta kosakata yang menggambarkannya.
- Pandangan mata atau berita yang didengar bisa melahirkan rasa senang disebut ‘Aliqa.
- Apabila melebihinya sehingga terbetik untuk mendekat maka dinamai Mail.
- Dan bila keinginan itu mencapai tingkat kehendak untuk menguasainya maka dinamai Mawaddah.
- Bila seseorang bersedia berkorban atau membahayakan dirinya demi kekaksihnya dinamakan Al ‘Isyq.
- Sedangkan jika cinta telah memenuhi hati seseorang sehingga tidak ada lagi tempat bagi yang lain maka dinamakan At - Tatayum.
- Jika ia tidak lagi dapat menguasai dirinya atau tidak mampu lagi berpikir membedakan sesuatu akibat cinta maka keadaan ini dinamai Walih.
Selanjutnya ada tingkat Mahabbah , menurut Imam Al-Hujwiri dalam kitabnya Kasyful Mahjub menjelaskan makna al-hubb (mahabbah).
Mahabbah berasal dari kata “habbah” yang berarti benih-benih/biji yang jatuh ke bumi di padang pasir. Mahabbah dikatakan berasal dari kata itu karena dia merupakan sumber kehidupan. Sebagaimana benih itu tersebar di gurun pasir, tersembunyi di dalam tanah, dihujani oleh terpaan angin, hujan dan sengatan matahari, disapu oleh cuaca panas dan dingin, benih-benih itu tidak rusak oleh perubahan musim, namun justru tumbuh berakar, berbunga dan berbuah. Demikian halnya cinta sejati, tak lapuk dengan sengatan mentari dan guyuran hujan, tak lekang oleh perubahan musim dan tak hancur berantakan oleh terpaan angin.
Imam al Qusyairi, pengarang Risâlah al Qusyairiyyah mendefinisikan cinta (mahabbah)
Allah kepada hamba sebagai kehendak untuk memberikan nikmat khusus
kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Apabila kehendak tersebut tidak
diperuntukkan khusus melainkan umum untuk semua hambaNya dinamakan
Rahmat.
Terakhir ada Khullah (persahabatan) adalah kecintaan yang paling tinggi. Para ‘ulama menyatakan bahwa derajat khullah lebih tinggi dari tingkatan Cinta (mahabbah). Oleh karena itu seorang yang disebut sebagai khalil, lebih tinggi kedudukannya daripada habib.
Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah bahwa Allah’azza wa jalla hanya mengambil dua orang manusia sebagai khalil, yaitu Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad
SAW, tentu kekasih yang dimaksudkan dalam hal tersebut bukan kekasih
layaknya suami istri namun lebih mengarah kepada Hamba yang begitu
dicintai berdasarkan integritas ibadahnya dan kredibilitas akhlaknya
yang tak diragukan lagi. Sedangkan masalah Cinta (mahabbah)
Allah ‘azza wa jalla sering menyebutkan dalam al-Qur’an, Allah
mencintai orang-orang yang beriman, sabar, berjihad di jalan-Nya dan
lain-lain.
Nabi Muhammad SAW menghendaki Abu Bakar sebagai khalil beliau,sesuai dengan Hadist berikut :
إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِيْ صُحْبَتِهِ وَ مَالِهِ: أَبُوْ بَكْرٍ، وَ لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيْلاً غَيْرَ رَبِّي لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ، وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الإِسْلاَمِ وَ مَوَدُّتُهُ، لاَ يَبْقَيَنَّ فِي الْمَسْجِدِ بَابٌ إِلاَّ سُدَّ إِلاَّ بَابَ أَبِي بَكْرٍ. (رواه البخاري – الفتح ٧/۳٥٩)
“ Sesungguhnya manusia yang paling banyak memberikan jasa
kepadaku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya
aku (boleh) mengambil khalil (kekasih) selain Rabbku niscaya aku akan
menjadikan Abu Bakar (sebagai khalil), tetapi persaudaraan Islam dan
kasih sayangnya. Tidak akan tersisa satu pintu pun di masjid kecuali
tertutup, melainkan pintu Abu Bakar.” (HR. Bukhari, Fathul Bari 7/359
hadits 3604).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar