HOME

Senin, 22 April 2013

DUA SHOLAWAT NABI PELEBUR DOSA 80 TAHUN

A. Sholawat Pertama ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMADININ NABIYYIL UMMIYYI WA ‘ALAA AALIHII WA SALLIM TASLIIMAA Sholawat di atas dibaca sebanyak 80x setelah selesai sholat ashar, pada hari jum’at, sebelum berpindah tempat dari tempat sholat. Sholawat ini termasuk sholawat ma’tsurah. Yakni, sholawat yang memang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Jadi, sangat baik untuk diamalkan semua umat islam. Berikut sabda Nabi Muhammad SAW mengenai sholawat di atas: “Barang siapa melaksanakan sholat ashar pada hari jum’at. Kemudian dia bersholawat (kepadaku) sebelum berdiri dari tempat duduknya (sebelum berpindah tempat duduk) -dengan sholawat ini-: ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMADININ NABIYYIL UMMIYYI WA ‘ALAA AALIHII WA SALLIM TASLIIMAA 80x. Maka Allah akan mengampuni dosa-dosa orang itu selama 80 tahun. Dan, dicatat bagi orang itu, pahala ibadah selama 80 tahun.” Demikian sabda Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi. Hadits ini tertulis di dalam kita Irsyadul ‘Ibad, bab: Sholat Jum’at. B. Sholawat Kedua ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMADIN ‘ABDIKA WA ROSUULIKAN-NABIYYIL UMMIYYI Sholawat di atas dibaca sebanyak 80x pada hari jum’at. Waktunya terserah. Boleh pagi, siang, sore, maupun malam. Yang penting termasuk hari jum’at. Oleh sebab kalender umat islam, harinya, dimulai terbenamnya matahari. Maka, hari jum’at itu dimulai hari kamis maghrib sampai jum’at maghrib. Sholawat ini termasuk sholawat ma’tsurah. Yakni, sholawat yang memang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Jadi, sangat baik untuk diamalkan semua umat islam. Sejarah sholawat ini, Nabi Muhammad SAW, suatu saat, bersabda kepada para sahabat: “Barang siapa bersholawat kepadaku pada hari jum’at sebanyak 80x. Maka akan diampuni dosa-dosanya selama 80 tahun.” Nah, salah seorang sahabat bertanya: ” Ya Rasulallah, bagaimanakah sholawat yang engkau maksudkan itu?” Rasulullah SAW menjawab: “Bacalah: ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMADIN ‘ABDIKA WA ROSUULIKAN-NABIYYIL UMMIYYI. Wallahu a'lam..

Selasa, 16 April 2013

MENGHITUNG HARGA NAFAS KITA

*untuk Anugerah Kehidupan* Saudaraku ... Pernahkah kita menanyakan harga Oksigen di Apotik ? Jika belum tahu, +/- Rp 25rb/ltr, Pernahkah kita menanyakan harga Nitrogen di apotik ? Jika belum tahu, +/- Rp 9.950/ltr. >> Taukah kita Bahwa << Dalam sehari manusia menghirup 2.880 liter Oksigen & 11.376 liter Nitrogen- 2.880 x Rp.25.000,- = Rp. 72.000.000,- 11.376 x Rp. 9.950,- = Rp.113.191.200,- ------------- Total biaya sehari - = Rp.185.191.200,- biaya bernafas 1 bln = 30 x 185.191.200,- = Rp.5.555.736.000,- 1 thn 365 hari maka biaya utk bernafas selama 1 th 365 x 185.191.200 = Rp.67.594.788.000,- Jika harus dihargai dengan Rupiah maka Oksigen & Nitrogen yang kita hirup, akan mencapai Rp.185Juta lebih/hr/manusia. Jika kita hitung kebutuhan kita sehari Rp.185 Juta, Maka sebulan Rp.5,5M/org, setahun Rp.67,5 Milyar /org sudah berapa lamakah kita hidup di bumi Allah ini? dan.... berapa rupiah biaya yang harus kita keluarkan untuk hidup selama itu jika udara yang kita hirup harus dibayar? SUBHANALLAH .. Sungguh manusia pada hakekatnya sangat LEMAH & TIDAK LAYAK BERLAKU SOMBONG di muka BUMI ini .. Orang yang paling KAYApun tidak akan sanggup melunasi biaya Nafas hidupnya, Masihkah kita belum mau BERSYUKUR , dan BERSIMPUH SUJUD untuk NYA .. Baru nafas saja kita sudah semestinya menghabiskan Rp.185.191.200,-/hari dan itu GRATIS dari Allah Sungguh, Allah maha pemurah atas segala karunia-Nya. Tak terkecuali nikmat Allah dari udara yang digunakan manusia sebagai bahan bernafas setiap saatnya. Udara yang melimpah ruah di alam adalah bukti kasih sayang Allah yang luar biasa. Sekumpulan gas tersebut diberikan Allah kepada manusia dengan cuma-cuma. Tak sepeser pun dipungut dari manusia atas nikmat yang amat penting tersebut. Oleh karenanya, sudah sepantasnyalah manusia bersyukur kepada Sang Pencipta. Sahabatku ... Dia-lah Rabb yang mengurus kita di siang dan di malam hari sebagaimana firman Allah, قُلْ مَنْ يَكْلَؤُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مِنَ الرَّحْمَ?نِ ? بَلْ هُمْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِمْ مُعْرِضُونَ “katakanlah: ‘Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain Allah) Yang Maha Pemurah?’…”(QS Al Anbiyaa’ 21: 42). وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.An-Nahl 16:18) وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim 14:34) فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ Sungguh ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang akan kita dustakan? Masihkah kita belum mau BERSYUKUR , dan BERSIMPUH SUJUD untuk NYA Wallahu'alam,

Selasa, 09 April 2013

CARA MENGHADPI ORANG SOMBONG

Apa yang Harus Kita Lakukan Kepada Orang Sombong? Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Terima kasih kepada Mas Yasser Arafat yang sudah memposting tulisan berjudul Tawaduk Kepada Manusia yang beliau ambil dari buku Bagaimana Menyukseskan Pergaulan Anda oleh Khalil Al Musawi, Penerbit Lentera. Setelah membacanya, saya tertarik dengan kalimat yang berisikan sebagai berikut; " Bahkan Islam mengajarkan kepada kita bahwa bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah ibadah " Ini adalah sebuah pengetahuan baru bagi saya selama mengkaji Islam, sejauh ini saya belum pernah mendapati bahwa bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah ibadah, yang saya tahu kita dilarang bersikap sombong. Lalu, haruskah kita bersikap sombong kepada orang yang sombong? Sebelumnya, di sini saya bukan bermaksud untuk mempermasalahkan apa yang ditulis oleh Khalil Al Musawi, hanya saja di sini saya akan mencoba memaparkan apa yang seharusnya kita lakukan kepada orang yang sombong sejauh yang saya tahu. Dan, terima kasih kepada Mas Yasser Arafat, karena dengan dipublikasikannya tulisan tersebut, saya jadi digiring oleh Allah untuk mencoba menulis di sini. Jazahumullah Khairan Katsiran, semoga menjadi amal ibadah bagi Mas Yasser Arafat. Amin Saya bermohon kepada Allah, semoga saya diberikan taufiq serta inayah-Nya, dalam menulis pada kesempatan kali ini. Apa itu sombong? Menukil pendapat Ibnu Jawziy sang Ulama-Psikolog klasik yang wafat sekitar tahun 597 H, semoga Allah merahmatinya. Menerangkan bahwa sombong itu adalah meninggikan diri sendiri seraya merendahkan yang lainnya. Orang yang sombong merasa lebih unggul dari orang lain, mungkin dari segi keturunan, harta, ilmu, ibadah, atau yang lainnya. Dan, sombong berdasarkan buku Al Thibb Al Ruhani termasuk kepada jenis penyakit ruhani. Ciri penyakit ini menurut beliau rahimahullah adalah perasaan yang lebih mulia, ingin dihargai, congkak, dan ingin dihormati. Bahayakah sikap sombong? Abu Salamah berkata, "Abdullah ibn Umar berpapasan dengan Ibn Amr di Marwah. Lalu keduanya turun sambil bercakap-cakap. Ketika 'Abdullah ibn Umar berlaru, Ibn Amr lalu terduduk lesu seraya menangis tersedu-sedu. Seseorang bertanya, 'Mengapa Engkau Menangis?' Ia Menjawa sambil menunjuk ke Abdullah ibn Umar, "Orang ini memberitahu bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Barangsiapa di hatinya terdapat sebiji sawi kesombongan, Allah akan menelungkupkan wajahnya ke api nereka" (HR. Al Bayhaqi) Tidak hanya itu, dalam riwayat Muslim dari Ibn Mas'ud bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak akan masuk ke surga orang yang dihatinya masih terdapat sebutir atom kesombongan. Seseorang bertanya, 'Bagaimana dengan orang yang memakai baju necis dan sandal bagus?' Beliau Menjawab, "Sesungguhnya Allah Mahaindah dan mencintai keindahan. Sombong itu menyalahgunakan kebenaran dan meremehkan orang lain" Ya Allah, semoga kita dijauhkan dari penyakit sombong ini. Dari hadits yang kedua, kita memang dianjurkan untuk berpenampilan indah, bersih, rapih, dan jika tidak dengan tujuan untuk pamer, dan menyombongkan diri dengan pakaian yang necis serta sandal bagus, maka boleh saja, tapi jika kita termasuk yang mudah sekali tergelincir kepada sikap sombong, maka bersikap zuhud itu lebih baik, yakni, berpakaian yang layak dan tidak najis, serta tidak harus mahal yang penting menutupi aurat. Lagi pula, zuhud lebih menghindarkan diri kita dari fitnah. Dari kesemuanya ini, kita lebih dianjurkan untuk bersikap tawadhu (merendah hati) dan inilah sikap yang berlawanan dengan sombong. Bagaimana sikap kita kepada orang sombong? Jika orang tersebut adalah sesama muslim, yakni orang yang secara lahir beragama Islam, tapi dalam bersikap ia kerap kali sombong. Apakah kita harus bersikap sombong kepadanya? Tidak, bukan begitu caranya. Kita harus tetap tawadhu kepada mereka, dan bersikap lemah lembut, serta menasehati mereka, sebagaimana sebuah hadits menyatakan bahwa agama ini adalah nasihat. Ajaklah mereka orang Islam namun memiliki penyakit sombong untuk bersama duduk dalam majelis-majelis ilmu atau zikir. Kenapa kita tidak timpalin dengan sikap sombong juga? sebagaimana sering kita dengar kata, "Dia itu kan sombong, ya sudah nggak apa-apa kita sombongin dia biar tahu rasa" Saya khawatir meski itu niatnya untuk memberikan pelajaran dan niat kita adalah pura-pura sombong, dikhawatirkan setan akan melakukan bisikan dan malah menjadikan kita menjadi seorang yang sombong tanpa kita sadar. Lebih baik kita gunakan pendekatan yang lebih kepada terapi spiritual. Jadi, saudaraku, ketika saudara kita yang seagama masih berlaku sombong, padahal kesombongan hanya pantas bagi Allah sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits, "Keagungan adalah jubah-Ku, kesombongan adalah selendang-Ku. Barangsiapa meninggalkan keduanya dari-Ku maka Aku akan menyiksanya". Penyakit sombong ini bisa menimpa siapa saja, dan cara kita membentengi diri ialah dengan membaca kisah-kisah orang yang zuhud serta tawadhu, lalu membaca berbagai ancaman yang akan dialamatkan kepada pelaku sombong. Lebih memperdalam tauhidnya. Bagi yang tauhidnya kuat, rasanya tidak mungkin bersikap sombong. Lalu, Bernilai ibadahkah jika kita bersikap sombong kepada orang sombong? Jujur saya tidak tahu. Awalnya, saya kira sikap sombong yang bernilai ibadah adalah jika kita bersikap sombong kepada orang sombong yang diluar Islam. Ternyata dalam tulisannya, Khalil Al Musawi menerangkan, Manusia yang layak kita tawaduki adalah saudara-saudara kita yang mukmin dan juga manusia yang baik-baik, apapun agama mereka, bahasa mereka, suku bangsa mereka, strata sosial mereka, dan ras mereka. Adapun orang-orang yang lalim, borjuis, sombong, munafik, mereka itu tidak layak kita tawaduki. Bahkan Islam mengajarkan kepada kita bahwa bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah ibadah Dengan kata lain, apapun agamanya jika dia tidak sombong kita harus bersikap tawadhu, dan jika orang sombong apapun agamanya, maka kita boleh bersikap sombong kepadanya? karena itu bernilai ibadah? Wa Allahu A'lam, yang yang bersangkutan yang tahu apa maksud sebenarnya. Yang saya ketahui adalah, Memang ada ungkapan “Menyombongi orang sombong adalah sedekah” (at-takabburu ‘alal mutakabbir shodaqotun). Dan dalam buku Hadis-hadis Bermasalah, Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA, seorang pakar Ilmu Hadits Indonesia, mengutip pernyataan Imam Al-Qari yang diriwayatkan dari Imam Ar-Razi, bahwa ungkapan di atas sekadar omongan orang, bukan hadits. Yang jelas, sombong kepada siapa pun dilarang dalam Islam. Menyikapi kesombongan dengan kesombongan lagi sama buruknya. “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan diri. (QS Luqmân [31] : 18) Akhirulkalam, Jadi, sikap kita sebagai seorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya harus sebisa mungkin menghindari dan mengobati sikap sombong, dengan jalan mendekatkan diri kepada orang-orang yang tawadhu, mempelajari sejarah kisah orang-orang yang tawadhu, serta akhir dari orang-orang yang sombong, yang paling utama ialah memperkuat benteng tauhid kita. Sungguh, sombong adalah dosa pertama, dan itu dilakukan oleh Iblis, ketika ia bersikap sombong tidak mau sujud kepada Adam Alaihissalaam. Nah, jika ada saudara kita yang terkena penyakit ini, maka berikanlah nasihat dengan cara yang baik, lemah lembut, tidak harus secara langsung dengan lisan, bisa dengan membelikan buku-buku kisah-kisah teladan atau tausyiah yang menyentuh kalbu, dan jangan jauhi mereka karena sikap sombong mereka, kita ajak mereka duduk bersama dalam berbagai majelis. Intinya, janganlah kita balas kesombongan dengan kesombongan pula, itu sama buruknya dan hanya akan menimbulkan penyakit lainnya atau mejadi bibit penyakit sombong dalam diri kita. Semoga kita dijauhkan dari sikap sombong, dan semoga saudara-saudara kita yang dalam hatinya masih ada sikap sombong agar dihilangkan dan beralih kepada sikap tawadhu. Wa Allahu A'lam,

5 LANGKAH HADAPI FITNAH DAN DZALIM

JIKA KITA DIFITNAH DAN DIZHALIMI, apa yang harus kita lakukan ? Suatu hal yang pasti tidak akan luput dari keseharian kita adalah difitnah dan dizhalimi orang lain. Kadang kita ini sudah berhati-hati, berbuat baik. Namun kebaikan dan prestasi kita, tidak selamanya dapat dukungan dan penghargaan. Ternyata ada juga yang mencibir, kemudian memfitnah dan menzhalimi diri dan keluarga kita. Hal ini membuat kita down dan hampir-hampir bisa stress. Orang-orang yang suka memfitnah itu ternyata bukan hanya memfitnah, tapi ia juga meneror dan menyakiti kita dan keluarga kita lahir dan batin. Apa yang harus kita lakukan, jika kita difitnah dan dizhalimi oleh orang lain. Solusi apakah yang diberikan oleh Islam dalam hal ini? Ada 5 solusi yang bisa kita lakukan , yaitu: 1. Kita harus mempersiapkan diri untuk tetap tegar dan sabar menghadapi kondisi apapun dan bagaimanapun. Baik senang atau susah. Jika kita difitnah dan dizhalimi. Maka sebenarnya itu bonus buat kita. Allah sayang terhadap kita. Karena hakikatnya kalau kita difitnah dan dizhalimi, maka keburukan kita akan diberikan kepada yang memfitnah dan menzhalimi kita. Sebaliknya kebaikan orang yang memfitnah akan diberikan kepada kita. Jika kita tahu akan hal ini. Hati kita akan tenang. Ternyata orang yang memfitnah dan menzhalimi itu adalah orang-orang yang merugi dan menghancurkan diri mereka sendiri. 2. Ridha dan ikhlas menerima fitnah dan kezhaliman dari orang lain, Rasululullah mengajarkan agar kita ikhlas menerima fitnah dan kezhaliman dari orang lain. Perumpamaannya adalah orang yang difitnah itu laksana bola pimpong yang ditekan kedalam air. Jika bola pimpong itu dilepaskan maka ia akan melompat tinggi ke angkasa. Demikianlah perumpamaan orang yang ridho dan ikhlas menerima fitnah dan kezhaliman dari orang lain, insya Allah derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT. 3. Yakin Allah yang akan membalas Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar. Tidak ada satu atompun yang lepas dari pantauannya. Tidak ada satu kejahatanpun yang tidak akan dibalas. Jika kita difitnah oleh orang lain dan dizhalimi lahir dan batin. Pasrahkan kepada Allah. Jangan kotori hati dan jiwa kita untuk balas dendam. Ikhlaskan semuanya kepada Allah SWT. Allah yang akan membalasnya dengan siksa yang pedih. Alam semesta juga akan membalas kejahatan orang tersebut. Karena alam semesta adalah tentara Allah yang sangat setia kepada perintah-Nya. Maka Bersabarlah dan pasrahkan kepada Allah SWT. 4. Evaluasi Diri Jika kita difitnah dan dizhalimi. Maka yang harus kita lakukan adalah mengevaluasi diri kita. Apakah kita melakukan kesalahan seperti yang difitnahkan tersebut. Jika jawabannya ’ya’. Maka kita harus cepat-cepat bertaubat dan memperbaiki diri kita. Jika jawabannya ’tidak’. Bersabarlah, semua kejadian pasti ada hikmahnya. Kita tidak tahu ada skenario apa dibalik fitnah tersebut. Yang jelas semua kejadian itu ada hikmah dan pelajaran yang terbaik buat kita. Kita harus lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT Memohon perlindungan kepada-Nya. 5. Hanya Allah-lah Satu satunya Penolong dan Pelindung Sesungguhnya tidak akan terjadi sesuatu kecuali dengan izin Allah Swt. Baik berupa musibah maupun nikmat. Walaupun bergabung jin dan manusia seluruhnya untuk mencelakakan kita, demi Allah tidak akan jatuh satu helai rambut pun tanpa izin-Nya. Begitu pun sebaliknya, walaupun bergabung jin dan manusia menjanjikan akan menolong atau memberi sesuatu, tidak pernah akan datang satu sen pun tanpa izin-Nya. Mati-matian kita ikhtiar dan meminta bantuan siapapun, tanpa izin-Nya tak akan pernah terjadi yang kita harapkan. Maka, sebodoh-bodoh kita adalah orang yang paling berharap dan takut kepada selain Allah Swt. Itulah biang kesengsaraan dan biang menjauhnya pertolongan Allah Swt. Ketahuilah, makhluk itu “La haula wala quwata illa billahil’ aliyyil ‘ azhim” tiada daya dan tiada upaya kecuali pertolongan Allah Yang MahaAgung. Asal kita hanyalah dari setetes sperma, ujungnya jadi bangkai, ke mana-mana membawa kotoran. Allah menjanjikan dalam Surah Al-Thalaq ayat 2 dan 3, “Barang siapa yang bersungguh-sungguh mendekati Allah (bertaqwa), niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar bagi setiap urusannya, dan akan diberi rezeki dari tempat yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal hanya kepada Allah, niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya.” Wallahu a'lamu bisshawab..

Senin, 08 April 2013

HUKUM INFOTAINMENT DALAM PANDANGAN ISLAM

Apa hukumnya dalam Islam menonton dan mendengar acara infotaiment yang bernuansa ghibah? 1. Sebelum bicara masalah hukum menonton dan mendengar acara infotainment, harus diketahui dahulu hukum dari infotainment itu sendiri. Hukum infotainment tergantung kepada konten atau isinya, jika berisi sesuatu yang bermanfaat dan mengandung nilai-nilai pendidikan, serta pengalaman-pengalaman yang berharga, tentunya boleh dan dianjurkan. Tetapi sebaliknya jika isinya hanya mengungkap keburukan-keburukan seseorang yang belum tentu benar adanya, maka hukumnya haram. 2. Adakah peristiwa yang terjadi dizaman Rasulullah yang berkaitan dengan masalah ghibah? Apa tindakan yang dilakukan Rasulullah? Ghibah yang terjadi pada zaman Rasulullah saw sangat beragam, tetapi peristiwa ghibah yang besar sekaligus menjadi fitnah yang sangat dahsyat pada zaman Rasulullah saw adalah Haditsat al Ifki ( peristiwa kedustaan ) yang disebarkan oleh orang-orang munafik yang menuduh Aisyah ra berselingkuh dengan salah seorang sahabat yang bernama Shofwan bin Mu’athol. Mendengar fitnah tersebut Rasulullah saw mengklarifikasikan masalah tersebut dan turunlah jawaban dari Allah swt yang menyangkal fitnah tersebut dengan menurunkan 16 ayat yang tersebut di dalam Qs An Nur : 11- 26. Ini menunjukkan betapa dahsyatnya isu bohong yang disebarkan ditengah masyarakat tanpa adanya tabayun terlebih dahulu. Ayat di atas sekaligus sebagai teguran untuk mass media yang suka mengumbar isu. 3. Bagaimana dengan ghibah yang kemudian tetap ditanyakan kebenarannya (tabayyun) kepada pihak yang bersangkutan, seperti halnya wartawan infotainment? Selama kejelekan yang disebarkan itu tidak ada kepentingan kecuali hanya untuk mendulang dollar, maka hukumnya tetap haram, walaupun kadang yang disebarkan itu adalah benar. Kemudian apa tujuan disebarkannya kejelekan tesebut kepada masyarakat umum ? Kita harus memperhatikan teguran keras dari Allah kepada orang-orang yang menyukai perbuatan-perbuatan jelek agar tersebar di kalangan masyarakat, sebagaimana yang terdapat di dalam surat An Nur : 19 “ Sesungguhnya orang-orang menyukai berita perbuatan keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akherat. Dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui “ 4.Lalu bagaimana dengan ghibah yang saling menguntungkan. Misalnya, artis yang mendongkrak popularitasnya dengan mendompleng media infotaiment? Mencari popularitas dengan sarana yang diharamkan adalah tidak boleh. Tindakan semacam ini menjadi sebuah trend di masyarakat karena merebaknya paham kapitalis dan materialistis, yang mengukur segala sesuatu dengan harta dan popularitas. Sang artis mengerjar popularitas dan sang produsen mengejar keuntungan materi, sedang para penonton mendukungnya, jadilah sebuah kerjasama di dalam melestarikan tindakan kejahatan dan perbuatan dosa. Dan ini sangat dilarang di dalam Islam. Allah berfirman : “ Dan janganlah kalian bekerjasama terhadap perbuatan dosa dan pelanggaran “ ( Qs Al Maidah : 2 ) 5.Apa akibat ghibah bagi pelaku, pendengar, dan masyarakat? Pelaku ghibah sebagaimana yang disebutkan di dalam Qs Al Hujurat : 12, seperti orang yang memakan bangkai saudaranya, tentunya yang mendengar dan menyetujuinya sama dosanya dengan orang yang melakukannya. Dan jika ghibah sudah menyebar , bahkan menjadi trend di masyarakat, maka kehidupan mereka tidak akan tenang, karena satu dengan yang lainya sudah saling menurigai dan membicarakan kejelekannya masing-masing. Hubungan antara anggota masyarakat tertentunya terganggu dan pada akhirnya terjadi tindakan anarkhis, keji, biadab di mana-mana, akhirnya hancurlah masyarakat tersebut. 6. Lalu bagaimana hukumnya rezeki yang diperoleh dari berghibah? Kalau kita katakan dalam infotainment ghibah adalah haram, maka mendapatkan rizki dengan cara menyiarkan infotainment ghibah tersebut adalah haram juga. Sebagaimana sebuah toko yang menjual khomr atau minuman keras, maka bekerja sebagai pelayan di dalam toko tersebut hukumnya haram juga. Maka kita kita berharap agar para pekerja di infotainment ghibah untuk keluar dari pekerjaan tersebut dan pindah ke tempat lain yang halal. 7. Apakah dalam Islam ada ghibah yang diperbolehkan? Dalam kondisi apa? Di dalam Islam membicarakan kejelekan orang dibolehkan dalam keadaan tertentu, diantaranya adalah : a. Ketika dimintai pendapat untuk urusan penting dan besar, seperti seorang wanita yang dilamar oleh laki-laki yang tidak dikenalnya, kemudian dia meminta pertimbangan dari orang tuanya atau tokoh masyarakat, maka orangtuanya atau tokoh tersebut harus memberitahu secara jujur tentang kelebihan dan kekurangan orang tersebut untuk dijadikan dasar di dalam menolak atau menertima lamaran tadi. Ini berdasarkan hadist Fatimah binti Qais datang kepada nabi Muhammad saw dan mengatakan bahwa dirinya dilamar oleh dua orang yaitu Mu’awiyah dan Abi Jahm, kemudian Rasulullah saw menjelaskan kekurangan dari kedua orang tersebut. b. Untuk mengungkap sebuah kasus, seperti kasus dugaan korupsi, maka kejahatan dan kesalahan orang yang terdakwa tersebut harus diselidiki, tentunya di dalam penyelidikan tersebut terdapat pembicaraan tentang kejahatan orang tersebut. c. Dalam periwayatan hadist seseorang boleh menyebutkan kejelekan seseorang, umpamanya dengan mengatakan bahwa fulan adalan pembohong atau suka menipu, tentunya tujuannya agar hadist yang diriwayat oleh orang yang suka menipu untuk ditolak. Karena secara logika, bahwa orang yang suka berbohong dan menipu, tentunya punya potensi besar untuk berbohong dan menipu Rasulullah dengan membuat-buat hadits palsu. Ghibah dalam hal seperti ini dibolehkan, bahkan harus dilakukan untuk menyelamatkan hadist Rasulullah saw. Itulah bebera contoh ghibah yang dibolehkan dalam Islam, tentunya dalam batas-batas yang dibutuhkan saja, tidak boleh berlebih-lebihan di dalamnya. 8. Bagaimana seharusnya umat Islam menyikapi maraknya acara ghibah/infotaiment dan media yang menayangkannya? Umat Islam harus bersikap kritis terhadap mass media, dengan cara melayangkan surat somasi, kemudian memboikotnya. Sebagaimana diketahui, bahwa umat Islam adalah penduduk terbesar di Negara ini, jika mereka serempak untuk tidak melihat tayangan –tayangan seperti ini tentunya tayangan tersebut dengan sendirinya akan berhenti sendiri. 9. Apakah upaya yang harus dilakukan umat Islam untuk meminimalisir tayangan-tayangan ghibah? Usaha yang harus dilakukan umat Islam adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah dalam hal ini Mentri Komunikasi dn Informatika mestinya bertindak tegas terhadap tayangan-tayangan yang merusak akhlaq bangsa. 2. Para ulama dan tokoh masyarakat harus menyadarkan kepada para produsen bahwa tayangan-tangan seperti itu tidak layak disebarluaskan karena tidak mendidik masyarakat, dan akan meninggalkan efek negatif bagi kehidupan berbangsa. 3. Masyarakat hendaknya tidak mendukung tayangan-tangan seperti ini dengan terus-menerus menontonnya. Karena kalau kita perhatikan, ternyata maraknya tayangan-tanyangan seperti itu tidak lepas dari dukungan masyarakat, seandainya masyarakat tidak menontonnya, maka ratingnya akan turun dan tayangan tersebut akan gulung tikar dengan sendirinya. Wallahu A’lam

Rabu, 03 April 2013